Selamat datang di www.bilikbersenyawa.com, ikuti juga sub platform kami yang lain, Klik Link

BUDAYA KOLEKTIF SENI MENGAKAR DARI ZAMAN ORBA BERWUJUD SANGGAR



Kolektif-an atau penggiat kolektif lagi rame banget nih di kalangan kaula muda. Kaula muda dengan kawan tongkrongannya yang suka menikmati seni bersama atau berseni bersama tiba-tiba membuat kolektif seni dengan tujuan yang biasanya hanya karena senang atau hobi bersama.

Gue mencoba mencari tau kolektif ini sebetulnya dari kapan adanya? Gue coba baca beberapa artikel entah di Neng Sosmed atau Mbah Google, ternyata kolektif ini sudah lama banget adanya tapi bukan dengan nama kolektif tapi menggunakan nama atau istilah lainnya, sehingga kolektif ini seperti buah nama dari perkembangan komunitas atau penggiat seni yang di lakukan secara bersama dari masa ke masa.


Kolektif ini dulunya lebih dikenal dengan istilah sanggar, dan mungkin istilah ini lebih dikenal sebelum orba sebelum terjadinya reformasi pada masa presiden Soeharto dan kayaknya pun lama sebelum masa itupun sanggar ini sudah ada, karena terlihat dari beberapa organisasi atau komunitas seni yang sekarang ini masih menggunakan istilah sanggar itu mereka melakukan pengkaryaan dengan konsep seni tradisional.

Sampai pada akhirnya istilah sanggar jarang dipakai pada era 90-an akhir karena Indonesia pada masa itu lagi maraknya masuk seni kontemporer. Bertepatan juga pada era itu periode jatuhnya Soeharto, sehingga terjadi sebuah insiden pada masa itu dilarang adanya Collective Practice karena keterlibatannya seniman pada masa reformasi itu. Sehingga, dianggap lah oleh pemerintah pada masa itu bahwa Collective Practice merupakan sebuah perlawanan terhadap pemerintah. Lalu, pada masa itu Kolektif Seni Rupa membuat sebuah ide dengan menampilkan kesenian mereka seperti menampilkan prasasti di sebuah museum, yaitu menampilkan karya mereka di sebuah ruangan seni dan orang-orang bebas kapan saja bisa datang ke ruang seni tanpa harus melakukan penjadwalan dulu untuk menikmati sebuah karya seni. Ide inilah tiba-tiba menjadi sebuah istilah baru alternative space atau artist run space pada akhir 90-an dan awal 2000-an.



Langsung kita loncat ke era pertengahan 2000-an hingga sekarang. Entah kenapa tiba-tiba muncul dengan sendirinya istilah baru yaitu kolektif. Farah Wardani berkata sewaktu berbincang dengan media Whiteboard Journal "Kata kolektif ini mungkin dari collective collegial". Gue perhatiin kayaknya istilah kolektif buah hasil dari konsep sanggar dan alternative space. Penggiat kolektif mereka membuat sebuah karya seni tradisional seperti sanggar dan modern seperti alternative space, mereka juga memamerkan kadang di sebuah ruangan terbuka atau tertutup atau ruang media yang sedang marak digunakan seniman untuk mempertontonkan karya mereka pada ruang media tersebut. Kolektif ini terlihat lebih kompleks karena terlihat sekali bahwa kolektif sangat memegang terhadap Ecosystem Art - Collaboratorium - Connection.

Kolektif ini jadi kelebihan utama bagi karakter seni kita di Indonesia. Budaya Indonesia yang suka bergotongroyong dan saling bantu-membantu terlihat juga pada budaya yang ada di sebuah kolektif seni.




-------------------------------------------------------------------------

Penulis : Gutak

Foto : Dhika, Sanggar Ar-rumi, @kaj_goworld, @farah.wardani