Selamat datang di www.bilikbersenyawa.com, ikuti juga sub platform kami yang lain, Klik Link

SATU TAHUN KAMPUNG BUKU: MERAWAT RUANG KOLEKTIF DAN BUDAYA LITERASI DI BANJARMASIN


Ruang kolektif sekaligus tempat nongkrong Kampung Buku (Kambuk) yang berlokasi di Jalan Sultan Adam, Kota Banjarmasin resmi menginjak usianya yang ke-1 tahun, pada Jum'at (11/7/2020) malam tadi.

Para pegiat literasi, sastrawan, hingga jurnalis hadir dalam perayaan Refleksi Satu Tahun Kambuk Banjarmasin itu.

Dihadiri berbagai kalangan, acara  satu tahun Kambuk Banjarmasin tersebut dikemas dengan sederhana saja. Ada pembacaan testimoni dari pengunjung setia kambuk, penampilan musik eksperimental dari Novyandi CS, hingga pemutaran film Dead Poet Society yang ditayangkan oleh Forum Sineas Banua (FSB). 

Founder Kambuk Banjarmasin, Hajriansyah, merasa perlu merayakan momen satu tahun ini sebagai bentuk refleksi. Musababnya,  keberadaan Kambuk juga melewati berbagai macam proses.

"Sempat down," kata Hajri-sapaannya- ketika ditanya soal perjalanan Kambuk Banjarmasin selama satu tahun ini.

Maksud Hajri, eksistensi Kambuk Banjarmasin sempat terpukul karena adanya pandemi Covid-19. Terang saja, saat diberlakukannya PSBB kegiatan di Kambuk mesti berhenti total. Praktis, usaha jual beli buku hingga kedai pun berhenti sementara.

"Sehingga ada yang mundur, tapi sekarang mulai bangkit lagi karena ada kawan-kawan yang terus mendukung," timpalnya.


Selain jadi wadah nongkrong dan jual beli buku, di usia satu tahun ini Hajriansyah optimistis Kambuk Banjarmasin tetap bisa menjadi ruang alternatif untuk berkumpul bagi siapa saja. Apalagi, jika hal tersebut berhubungan dengan dunia literasi.

Pihaknya juga akan tetap mempertahankan kelas-kelas rutin yang biasanya digelar oleh para pegiat lintas ilmu di Kambuk. Sebab, hal itu juga menjadi pembeda antara wadah nongkrong lainnya.

Sastrawan senior YS Agus Suseno yang juga hadir dalam acara itu mengaku bersyukur melihat Kambuk Banjarmasin masih bisa bertahan hingga sekarang. Sebab, kata dia, membangun usaha apalagi kerja kebudayaan seperti ini tidak bisa dalam waktu singkat.

"Kambuk Banjarmasin ini seperti oase, dan ruang alternatif," kata dia.

Keunggulan lain, menurut Agus, Kambuk Banjarmasin juga memiliki daya tarik tersendiri karena buku-buku yang dijual juga murah.

"Selain itu, Kambuk ini kukira juga menarik karena bisa mendatangkan menghadirkan sosok penulis, seniman dan pegiat lokal lainnya, yang hadir nongkrong secara cuma-cuma di khalayak umum," kata dia.


Oleh : Donny Moeslem