Selamat datang di www.bilikbersenyawa.com, ikuti juga sub platform kami yang lain, Klik Link

Muram Fest : Menghentak Lewat Featuring Dengan 11 Gitaris

 

Tepat pada hari Nisfu Sya'ban yang sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan. Kuda Liar Production dan UKM Band Uniska bersinergi membuat sajian musik bertajuk Muram Fest yang berlangsung di halaman kampus UNISKA pada 24 februari kemarin dan ada hal yang menarik bagi penonton yang datang, Bagaimana tidak ?. Pasalnya gigs kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Yang pertama adalah band pengisi kali ini cukup terbilang banyak yaitu; 22 band lintas kota. Kedua, ada 3 stage yang mereka gunakan dengan nama berbeda-beda mulai dari; Run-D Stage, Baccau Stage, Hollow Stage. Ketiga, pada kesempatan ini Muram seolah menambah nyawa mereka dengan mengajak 11 gitaris lintas genre.

”Muram mau berbagi keseruan aja sih bareng teman-teman yang kebetulan yang bersedia dan mau yang 11 gitaris tadi. dimana kita tawarin lagu apa yang mau kalian mainkan di muramfest, ternyata mereka secara antusias menyebutkan beberapa lagu dari muram yang pengen mereka mainkan” ucap Gorey. 

Musik keras memang menguasai line up dengan rundown yang tampak disusun dengan pendekatan genrenya. Aliran Hardcore Punk yakni; Asrar, Binal, ATTD, Permanent Damage, Lvnarosa, Jempol, Democrust tampaknya menguasai pemadangan pada Run-D Stage terlihat nampak kecil namun suara dari stage ini paling keras dengan dentuman drum dan riff gitar yang menggairahkan para penonton agar menari-nari mengayunkan kepalan tangan hingga kaki mengikuti irama yang sedang berlangsung.

 

Gerimis hingga menjelang malam itu seolah ingin memberi jeda pada acara tersebut namun penonton tak hentinya bertambah yang memadati di depan Baccau & Hollow Stage dengan line up yang kali ini mengajak para penonton sing a long bersama Pesawat Tempur, Mondblume, Kacamata Pacah diselingi oleh perform Minor, Deadbunny, Volcanotory yang semakin membakar semangat para penonton yang datang. Namun, saat perform Kacamata Pacah terjadi protes dari beberapa warga yang mau tak mau pertunjukan mereka terhenti sejenak.

“Resiko acara dilapangan terbuka, mulai hujan dipagi sampai siang hari, kita beres melakukan setting alat dipanggung hampir jam 4 lewat yang seharusnya band pertama sudah main. Dan dikejadian dimalam hari yang masih tidak bisa diprediksi walau kita sudah punya plan untuk melanjutkan acara dengan semestinya, dengan memotong durasi setiap band, atau mengganti posisi band yang main ke run-d stage, teknis alat, oknum, alhasil masih menyisakan A.D.A.T, SIXFIVE0, Parang dan kacamata pacah yang hanya memainkan 1/4 lagu mereka. Sungguh disayangkan. Muram Sendiri dipaksa ngebut untuk menyelesaikan setlist”. tambah Gorey.


Akhirnya band yang di elu-elukan sepanjang konser naik panggung, Muram tanpa basa-basi langsung menggeber di 2 stage sekaligus sautan riff gitar yang gahar dan gebukan drum yang tak tertebak yang seakan menghipnotis penonton secara tak sadar dan mau tak mau membuat suasana semakin panas, keringat melengket berbaur menjadi satu, tubuh bertemu tubuh, sikut bertemu sikut. Teriakan demi teriakan saling bersahutan tatkala “Roda & Aspal” dinyanyikan. Ditengah perform, Muram melakukan orasi kecil tentang kondisi malam itu karena kendala dari oknum tertentu.

Keputusan tepat untuk memindahkan ibukota ke Banjarbaru, disana lebih terbuka dengan "skena musik keras". Banjarmasin sebagai kota kedua semoga tidak menjadi kota yang membosankan dan terus melahirkan band-band berkualitas walau dengan wadah yang terbatas, menjadikan kita harus lebih kreatif dalam membuat sesuatu. tutup Gorey.





Ditulis oleh : Fajar

Foto oleh    : Dhika