"Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi". Kutipan kalimat yang disampaikan oleh Tan Malaka, dalam bukunya yang berjudul Madilog. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu yang mendorong para pendiri Warung Baca, untuk membuat ruang temu para penikmat literasi. Selain itu, kesadaran dari diri masing-masing akan ketidakinginan merawat kemalasan pada dalam diri, juga mendorong terbentuknya Warung Baca.
Terbentuk pada bulan November 2018, Warung Baca sekarang bertempat di jalan Pekapuran Raya, komplek Yatera, no. 79, Banjarmasin. Mereka sempat bingung mencari wadah yang pas, karena selain jadi tempat tinggal beberapa anggotanya, mereka juga membutuhkan tempat yang punya ruang cukup luas untuk menaruh semua buku-buku dari anggota Warung Baca. Tak hanya itu, mereka juga sempat dipandang sebelah mata oleh pemilik kontrakan yang terdahulu yang pada akhirnya mengharuskan mereka untuk pindah kontrakan yang baru.
Uniknya dari Warung Baca ini, mereka rutin melakukan kegiatan yang tak hanya sekedar pinjam meminjam buku atau sharing seputar buku. Mereka juga sering melakukan kolaborasi dengan komunitas lain di ruang Warung Baca, seperti sharing dan nonton film bareng Forum Sineas Banua dan sharing seputar fotografi bareng fotografer-fotografer lokal. “Selain membaca, kami senang mendengarkan orang lain bercerita, dan menyampaikan saran dan kritiknya, atau sekedar bercerita tentang kehidupan”, karna bagi kami, buku yang tidak pernah kelar untuk dibaca adalah manusia”, kata Karim, salah satu pencetus Warung Baca.
Tertarik untuk jadi anggota? Sederhana, Kalian tinggal donasikan 2 buku yang menurut kalian paling recommended untuk dibaca. “Jika belum menyumbangkan 2 buku, maka kalian hanya boleh baca buku di tempat saja, tanpa boleh meminjam buku yang lain”, tambah Karim. Selain itu kalian juga bisa menghubungi mereka via instagram @warungbaca_ atau whatsapp 0895637953974.
Panjang umur literasi & Selamat Hari Buku Nasional!