Nocturnal, istilah
makhluk hidup yang beraktivitas di malam hari. Yah seperti kelelawar, burung
hantu dan mungkin beberapa anak muda yang memutuskan menghidupkan jiwanya di
malam hari. Istilah Nocturnal mungkin tidak asing bagi telinga kita, entah itu
ada bumbu mistis, keren atau apapun itu, tapi tulisan kali ini adalah istilah
Nocturnal yang patut disimak.
Tepat 19 Januari
2019, Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lambung Mangkurat (HIMABI FISIP ULM) mengadakan puncak
event bertajuk Nocturnal tersebut yang sebelumnya ada beberapa rangkaian acara
yaitu pertandingan final game Mobile Legend yang dijuarai oleh tim Fivepadaan
e-Sport. Kali ini, banyak Local Heroes
yang menggocek isi panggung dan adrenalin penonton. Ada Pesawat Tempur, Kalayangan
Pagat, Weirdos, White Alice, Kacamata Pacah, dan Rockapudink.
Keseruan dimulai pada
pukul 19.10 WITA dengan mendaratnya Pesawat Tempur di panggung kecil nan
minimalis. Mereka hanya bertiga tapi musik yang dihantarkan serasa rudal Burevestnik
yang diluncurkan secara teratur. Tiga atau Empat lagu bukanlah masalah, selama
diberi kesempatan untuk menerbangkan pesawat, kenapa tidak untuk menyerang
panggung.
Setelah Pesawat
Tempur kembali terbang melalangbuana, pertandingan final Mobile Legend pun
diselenggarakan. Peserta membludak, mungkin karena wabah Mobile Legend ini
menyebar layaknya Virus G dan T di skenario Umbrella Corporation. Yasudah, mari
kita nikmati kebahagiaan mereka yang memainkan dan menonton game ini. Pemenang
dari kompetisi ini ada dari tim Pepadaan, yang mendapatkan skor 2-0 atas tim
Moonton. Cerah wajah mereka terasa memuaskan, main game pun menghasilkan
kapital.
Selesai bermain
dengan handphone, lanjut Kalayangan Pagat memporak-porandakan panggung! Lagu-lagu
bernuansa Rock n’ Roll dibawakan dan mampu menjadi bahan bakar penonton moshing
tak beraturan. Tendang sana tendang sini sesuka hati, tidak apa-apa badan remuk
yang penting puas. Bukan hanya penonton, tapi Shandy selaku vokalis Kalayangan
Pagat juga ikut naik ke atas panggung manusia dan Eben sang gitaris ikut
menghempas-hempaskan gitarnya ke panggung sebagai penutup atraksi Kalayangan
Pagat.
Setelah Kalayangan
Pagat turun, naiklah Weirdos ke atas singgasana. Afif, vokalis dan gitaris
Weirdos dan selaku manusia yang pernah menempa diri di ULM, mengenang masa lalu
nya dengan memakai almameter kuningnya disaat memainkan lantunan lagu. Suasana
makin panas ketika sempat ada kebakaran “kepala” di kerumunan penonton, yah
mungkin karena mereka ingin menagih Weirdos untuk main tanpa henti tapi tak
bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Yap, Weirdos berhasil menaikkan gairah
untuk saling tabrak di arena moshing. Weirdos layaknya band tuan rumah, walau
sudah keluar dari kandang, tapi siapa yang tidak rindu akan rumah kedua yang
pernah menjadi tempat mereka berjuang dan beristirahat sekaligus.
Weirdos turun dan
White Alice naik! Band dengan karakter paling berbeda diantara yang lain. Nada
tinggi dan headbang adalah ritual
yang mereka tunjukkan di atas panggung.
Nanda, vokalis White Alice berhasil mendapatkan tepuk tangan penonton
dengan menunjukkan nada tinggi suaranya, yah layaknya Kellin Quinn! Mungkin
lucu ketika ada yang tidak kenal White Alice, entah tidak pernah memiliki
koneksi internet atau memang tidak memiliki koneksi di dalam lingkungan sosial,
tapi ya dapat kesempatan bertemu mereka, kenapa tidak ikut menganggukkan
kepala?!
Selang beberapa waktu
White Alice turun panggung, naiklah band yang konsisten dengan genre
Pop-Punk-nya, siapa lagi kalau bukan Kacamata Pacah. Kumpulan anak muda ini
berhasil membuat penonton bernyanyi dan kebakaran jenggot moshing
kesana-kemari. Si vokalis, Canggih menunjukkan “How to Train Your Crowd” dengan
turun langsung bernyanyi ke kerumunan dan ikut membuat Circle Pit! Menarik salah satu penonton untuk bernyanyi bersama di
atas panggung dan bergantian memberikan ujung mikrofon ke arah depan. Pop-Punk
memang energik, tapi tidak pernah merasakan terbakar seperti Kacamata Pacah
saat di panggung Nocturnal.
Penghujung acara,
Rockapudink menjajaki panggung yang sudah hampir roboh karena keberingasan
band-band sebelumnya. Yah, memang tidak dipungkiri, Rockapudink jauh-jauh dari
Banjarbaru datang dengan gelora asmara bapak-bapak rasa anak mudanya berhasil
mematahkan panggung dan membuat penonton mendapatkan pendinginan setelah
terbakar dari awal. Terima kasih Rockapudink, dipenghujung acara kami cuman
bisa bernyanyi, karena energi kinetik kami sudah meluap.
Zein Maulidi selaku
Ketua Pelaksana berharap event Nocturnal bisa terus diselenggarakan dan
memunculkan konsep-konsep baru yang lebih kreatif sehingga menjadi wadah bagi kawan-kawan musisi untuk
menampilkan karyanya
Itulah Nocturnal,
event kecil, sederhana, tapi tetap menjadi suatu obat untuk penenang di malam
minggu. Terima kasih kawan-kawan panitia dan HIMABI FISIP ULM, semoga nanti
bisa menjadi lebih baik dalam berbagai aspek. Terima kasih juga untuk para
penonton yang ikut terbakar semangatnya, jangan lupa, moshing bukan berarti
emosi, kalau emosian mending ikut nyaleg aja yak…
____
Teks: Syah Ryan